DIKUTIP
DARI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46
TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN
BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Huruf
Miring
1.
|
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum pernah membaca
buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan
oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat
kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau
disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis
dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu,
melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan
pemakaian huruf kapital.
|
Buatlah kalimat dengan menggunakan
ungkapan berlepas tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis
ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut
wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah
merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan
dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan asing yang telah diserap
ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat
kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
|
Huruf Tebal
1.
|
Huruf
tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan
lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf tebal tidak dipakai dalam
cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Akhiran –i tidak
dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil
bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis
terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya ditulis dengan huruf
miring:
Akhiran –i tidak
dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil
bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis
terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf tebal dalam cetakan kamus
dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1 tidak
menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak
lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
|
mengalahkan v 1 menjadikan
kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap
kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
|
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan
manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis
bawah ganda.
|
SOURCE ARTICLE: Penggunaan Huruf Miring dan Huruf Tebal dalam EYD | Belajar Bahasa dan Sastra http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2012/06/penggunaan-huruf-miring-dan-huruf-tebal.html#ixzz3V6WtlPhU